Tugas SPI Sains Islam
M. Khoirun Nizar
252100016
METODE ILMIAH ILMUWAN MUSLIM
PADA ABAD PERTENGAHAN
Islam sejak zaman dahulu telah memiliki budaya talabul ilmi / pencarian
ilmu yang sangat kuat.Semua sumber-sumber agama Islam mendukung bahkan
mendorong umat Islam untuk melakukan aktifitas ilmiah dimana saja berada.
Bahkan pencarian ilmu merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh
seluruh umat Islam hingga ajal menjemputnya. Tak heran jika kemudian lahir
banyak ilmuwan Muslim pada abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al
Haitsam, Az Zahrawi, Al Biruni dan masih banyak lagi. Mereka dicatat oleh
sejarah sebagai tokoh-tokoh peletak dasar keilmuan modern.
Jika dianalisis lebih mendalam, budaya yang telah mengakar dalam Islam
tersebut ternyata telah diajarkan secara lengkap dalam alqur’an. Al-Qur’an senantiasa mengajarkan kepada umat Islam untuk mendasarkan sumber pengetahuan pada tiga sumber, yaitu pengalaman
batin, alam, dan sejarah. Hal ini tidak lain karena budaya Islam yang berfokus
pada pengalaman konkret (kenyataan) dan menuntut adanya observasi secara
langsung terhadap alam guna memahami hakikat alam dan terutama demi memahami
sifat ketuhanan. Hal ini juga tidak lepas dari perintah yang ada dalam
kitab Al-Qur’an agar memerhatikan pergantian siang-malam, peredaran bulan dan
matahari serta peredaran planet karena Tuhan menampakkan tanda-tandanya melalui
alam. Walaupun harus diakui bahwa ilmuwan-ilmuwan muslim banyak yang memperoleh
wawasan ilmu dari alam pikir Yunani, akan tetapi ilmuwan-ilmuwan muslim
menyadari bahwa apabila terus menyandarkan diri pada alam pikiran Yunani yang
tida mendasarkan pemikirannya pada kenyataan maka akan terjadi kegagalan yang
besar terhadap ilmu pengetahuan. Metode observasi dan eksperiman lahir dalam
kebudayaan Islam bukan karena suatu kompromi dengan pemikiran Yunani, tetapi
karena ada pergulatan yang lama sekali dengan pemikiran itu. Pengaruh Yunani
yang pada umumnya menyukai teori, bukan kenyataan, malah lebih mengaburkan
pandangan orang Islam terhadap Al-Qur’an. Maka dengan semangat Al-Qur’an
sebagai pedoman, ilmuwan-ilmuwan muslim melakukan revolusi terhadap alam
pikiran Yunani, sebuah revolusi ilmiah. Menurut kebudayaan Islam bahwa ilmu
harus dinilai dengan yang konkret, hanya kekuatan intelektual yang menguasai
yang konkret-lah yang akan memberi kemungkinan kecerdasan manusia untuk dapat
melampaui yang konkret, seperti dalam Al-Qur’an.
Terbukti Ilmuwan seperti Ibnu Sina, Al Haitsam dan Ar Razi senantiasa
menggunakan metode penelitian empiris dalam aktifitas ilmiah mereka seperti
yang dilakukan oleh Ilmuwan Muslim lain. Mereka menggali ayat-ayat Allah,
kemudian mencurahkan usaha mereka melalui akal dan fikiran mereka, serta
mengadakan observasi hingga kemudian mereka mampu melahirkan disiplin ilmu baru
yang kemudian menjadikan mereka saintis Islam yang penemuannya diakui seluruh
Dunia dan dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia.
Wallahu a’lam...
Tulisan yang baguss...
BalasHapus